Thursday, October 6, 2011

Menggoyang Lidah di Setiap Sudut Kota Semarang

Kami sampai di Semarang siang, pukul 14.00 WIB. Setelah check in di hotel, hal pertama yang kami lakukan adalah memenuhi panggilan perut kami yang kelaparan sejak jam 11 siang. Pada saat menuju lokasi pertama kami menemukan sebuah warung angkringan yang keberadaannya mencolok karena terletak persis di sebelah pintu gerbang depan masjid. Warung Jahe Gepuk Special namanya. Awalnya kami terpaksa karena tak mampu lagi menahan lapar untuk makan di Warung Makan Mbak Lin sesuai rencana. Kami makan sebungkus nasi kucing dan segelas es susu jahe yang rasanya sangat segar di siang hari. Hari sudah mulai sore, tapi kami tetap kekeuh ingin makan siang. Kami pun menuju Warung Soto Kudus Mbak Lin naik becak. Satu porsi soto ayam yang dihidangkan dengan mangkuk kecil khas Kudus sekali. Kuah soto terbuat dari santan yang rasanya menggoyang lidah dicampur dengan sedikit kecap manis. Selain soto ayam yang menjadi khasnya, ada sate kerang yang sangat saya sukai. Sate ini hanya bisa ditemukan di pasar-pasar di Jawa Tengah dan di warung soto kudus tentunya. Kami pun berbincang-bincang dengan karyawan warung yang ternyata seluruhnya adalah kerabat dari Mbak Lin. Tak puas dengan soto kudus, malam harinya kami melanjutkan kuliner dengan menyantap nasi goreng babat pak Karmin di Pujasera Manggala di sebelah Hotel Ibis Simpang Lima. Nasi goreng yang aroma kambingnya sangat kuat ini membuat perut kami kekenyangan karena porsinya yang lumayan besar. Rasanya unik dengan babatnya yang empuk sehingga sangat nyaman di lidah. Kami pun makan malam sambil ditemani dengan orkes lagu-lagu Bugis oleh dua orang bapak-bapak tua. Warung makan Pak Karmin ini sudah buka sejak tahun 1954 yang dirintis oleh Pak Karmin, kakek dari ibu yang mengolah nasi goreng babat itu. Untuk menyegarkan tenggorokan, saya pun memesan es durian yang didominasi dengan es serut. Di hari kedua, kami pun tetap melanjutkan acara kuliner karena mumpung kami di kota, pasti semua serba ada. Di sela-sela wisata budaya di kawasan pecinan, kami mampir ke Gang Lombok. Lunpia khas semarang dan Es Cao yang artinya kepanjangan dari Es Cincao, keduanya menjadi incaran kami di siang terik. Sore harinya kami mampir ke Sate Kambing 29 di kawasan kota lama Semarang untu menikmati sate buntel yang sudah terkenal itu.Perut kami dimanja setiap saat kami mampir ke sebuah tempat di sudut Semarang. Dan kami tak sabar untuk mencicipi kuliner-kulier berikutnya di kota lain di Jawa Tengah dan DIY. Tunggu cerita berikutnya, dan siap-siap membaca sambil membayangkan rasa kenikmatan di lidah kami!

Baca Selanjutnya.....

No comments:

Post a Comment