Saturday, October 8, 2011

Dinginnya Malam, Mengundang Keromantisan

Senja perlahan merayap diufuk barat, itu tandanya malam akan segera tiba. Secara bersahutan, jangkrik-jangkrik mulai melantunkan suara merdunya, dan kami pun mulai berkemas ke tenda tempat menginap seusai mengabadikan moment senja yang indah di Situ Gunung.Kabut tipis pun mulai menyelimuti malam yang semakin lama semakin dingin. Saat-saat itu, saya dipertemukan dengan dilema masalah klasik, apa harus mandi atau nggak. Setelah melalui pertimbangan yang melibatkan beberapa unsur tubuh, akhirnya saya memutuskan untuk mandi.10 menit lamanya saya mandi karena tidak tahan dinginnya air di Situ Gunung. Padahal, air hangat juga tersedia, sayangnya saya tidak pergunakan. Seusai itu, saya memutuskan untuk mengenakan jaket sembari menunggu makan malam tiba.Tiba makan malam, saya bersama kedua pasangan saya yang tergabung dalam Grup Jawa I disuguhi alunan musik angklung ciri khas masyarakat Sunda. Bukan hanya itu, santapan kuliner khas Sunda yang kami santap secara lahap malam itu sangat enak.Sekitar 60 menit lamanya kami menikmati alunan musik angklung, kabut yang tadinya tipis akhirnya makin menebal seperti layaknya gerimis kecil. Mengantisipasi hal tersebut, disekitar tempat makan disediakan tungku pembakaran untuk api unggun, sehingga saya dan rekan se-tim bisa menghangatkan tubuh yang makin menggigil. "Cuaca disini kalau malam bisa mencapai 20 hingga 18 derajat" kata Kang Isep, pria paruh baya yang menjadi pendamping kami selama menjelajahi area Situ Gintung. Wah, dinginnya sangat terasa.Namun, dengan adanya kobaran api unggun, kami bisa menghangatkan tubuh untuk kembali normal seperti biasa. Seusai makan malam, nuansa keakraban mulai tercipta diantara kami. Saya yang berasal dari Gorontalo, kemudian Debby Sinarmata dari Medan dan Silvia Faradila yang berasal dari Bontang, serta beberapa masyarakat setempat yang notabenenya Sunda saling bertukar cerita. Saling bercerita tentang pesona khasanah daerah masing-masing.Selain kami menikmati alunan musik angklung, kami juga sempat mencoba memainkan alat musik tersebut, meskipun tidak begitu tahu gimana cara memainkannya, setidaknya kami sudah membuat alat musik tersebut bisa berbunyi, karena bunyi itu sendiri adalah sebuah nada (meskipun tidak beraturan)Kesimpulan yang bisa saya pelajari dari malam nan dingin tersebut, Indonesia adalah negara yang beragam khasanah budayanya, kulinernya maupun adat istiadatnya, tetaplah satu. Bahkan perbedaan ragam budaya malah akan memperkaya khasanah budaya kita sendiri untuk tetap bersatu dalam naungan Negara Kemerdekaan Republik Indonesia.Oh iya, nuansa malam di Situ Gunung, Sukabumi yang dingin dan diselimuti kabut tipis, ternyata mengundang suasana keromantisan tersendiri, yang kiranya seru deh dinikmati bersama orang-orang terdekat.

Baca Selanjutnya.....

No comments:

Post a Comment