Dari Tim 9 Sumatera 1 hanya Dian Ekasari yang pernah mendaki gunung. Aku dan Bram Aditya belum pernah sama sekali. Awalnya aku ragu apakah akan sanggup mendaki gunung setinggi itu?Segala keperluan mendaki sudah aku persiapkan dari rumah. Mulai dari carrier sampai jas hujan. Mulai dari membeli baru sampai pinjam teman. Aku check list barang-barang yang harus dibawa sampai semuanya lengkap.Dari Sungai Penuh kami langsung menuju Pintu Rimba untuk memasuki kawasan Gunung Kerinci. Setelah menyantap makan siang nasi bungkus Dendeng Betokok kami siap-siap berangkat. Namun hujan mulai turun. Aku bertanya apakah pendakian ditunda? Tidak jawab guide kami. Pendakian harus dimulai karena waktu berjalan terus. Kami semua mengeluarkan jas hujan. itulah gunanya membawa barang tersebut.Akhirnya kami ber-9 yang terdiri dari Aku, Dian dan Bram dari tim ACI, Oji pendamping dari Rakata, Melky yang menjadi guide kami, Azim, Andri, Doyok dan Dede yang membantu membawa peralatan logistik, tepat pukul 16.30 WIB mulai mendaki.Jalur masih datar hingga landai menuju Pos 1 Bangku Panjang. Menurut Melky jalur ini masih jalur pemanasan. Perlu 20 menit untuk mencapai pos ini. Tiba-tiba hujan berhenti. Kami semua melepas jas hujan. Cuaca mulai MestaKung : Semesta Mendukung!Pukul 17.00 WIB pendakian dilanjutkan. Jalur landai sudah semakin banyak ditambah dengan tangga-tangga alami dari akar pohon. 30 menit berlalu dan kami akhirnya sampai di Pos 2 Batu Lumut. Diberi nama itu karena memang disana ada banyak batu yang berlumut. Menurut Azim dulu tempat batu berlumut itu sungai dan air terjun, namun kini sungai itu sudah kering dan batu-batunya berlumut.Setelah beristirahat 10 menit pendakian kembali dilanjutkan. Semakin lama medan semakin berat. Hari mulai gelap. Saatnya mengeluarkan headlamp untuk menerangi jalur pendakian. Dan dingin mulai menusuk. Satu jam kami tempuh untuk mencapai Pos 3. Disini kami beristirahat cukup lama. Tim logistik mulai mengeluarkan peralatan masaknya. Mereka membuat minuman untuk sekedar menghangatkan tubuh. Kopi hitam, teh panas dan susu. 3 gelas. Kita tinggal memilih mau yang mana. Satu gelas rame-rame tidak masalah. Setelah cukup lama beristirahat pendakian mulai dilanjutkan.Guide kami selalu jujur. Jika medan berat, dia bilang berat. Dan medan untuk menuju Shelter 1 dia bilang berat. Naik terus tanpa ampun. Dalam gelap kami terus mendaki. Aku baru sadar makna bahwa alam selalu menjadi sahabat para pendaki. Disaat kaki sudah berat melangkah, ada tangan yang bisa menggapai apa saja untuk membantu naik. Ada akar pohon. Ada ranting. Ada batu. Semua itu sangat membantu. Dan akhirnya setelah berjuang selama 1,5 jam sampai juga di Shelter 1 tepat pukul 21.00 WIB.Kami memutuskan untuk membuat tenda dan menginap disini. Rencananya perjalanan akan dilanjutkan besok pagi. Teman-teman logistik mulai mendirikan tenda dan mulai memasak. Langit cerah malam itu. Purnama menemani kami saat santap malam. Lalu kami istirahat sambil mendengarkan lagu wajib para pendaki : lagu Iwan Fals jaman dulu yang masih vulgar. Dalam lelap aku bermimpi mencapai puncak Kerinci. (bersambung)
Detik Travel
Detik Travel menyajikan info tujuan wisata yang menarik, tips perjalanan murah, hotel murah, tiket pesawat,kapal pesiar,sewa mobil, travel bag.
Thursday, October 20, 2011
Pertama Kali Mendaki Gunung Langsung Ke Kerinci (Hari ke-1)
Wednesday, October 19, 2011
Herbal Asli Indonesia di Museum Jamu Jago-MURI
Kekayaan alam Indonesia memang tak terkira. Termasuk rempah-rempah yang menjadi andalan jamu buatan anak negeri ini. Sebagai herbal asli buatan Indonesia, tradisi minum jamu telah mengakar berabad-abad. Nah, serba-serbi tentang jamu kami dapatkan ketika berpetualang menuju Museum Jamu Jago-MURI di Jalan Setiabudi nO.179, Srondol, Banyumanik, Semarang.Museum tentang jamu ini berdekatan dengan pabrik PT. Jamu Jago, merek jamu pertama dalam kemasan di Indonesia. Tidak hanya berisi tentang dunia jamu, museum ini juga mengarsipkan rekor Indonesia dalam catatan MURI (Museum Rekor Indonesia) yang digagas Jaya Suprana, yang juga merupakan generasi penerus Jamu Jago.Kami mendatangi lokasi di pinggiran Semarang ini dengan menggunakan bus. Rupanya tidak susah mencarinya karena dilalui banyak angkutan umum. Terletak di lantai dua, Museum Jamu Jago-MURI memiliki koleksi foto–foto, slide dan peralatan tradisional pembuatan jamu jaman dulu. Pengunjung bisa mengamati rempah-rempah berupa akar, daun, batang, kulit, ataupun buah dan bunga dari tumbuhan yang berkhasiat obat. Rempah-rempah ini sudah berbentuk kering (herbarium) yang ditaruh di wadah dari anyaman rotan. Wanginya menyeruak ke tiap penjuru ruangan, meskipun telah dibungkus dalam plastik transparan. Begitu menciumnya, saya jadi ingat jamu gendong mbok-mbok langganan istri saya di Jakarta.Dari pengamatan di museum, dapat kita ketahui rumitnya membuat minuman jamu secara manual. Dulu untuk menghaluskan bahan dipakai lesung batu, yang sampai sekarang masih tersimpan rapi. Koleksi lainnya berupa alat-alat yang pertama kali digunakan untuk memproduksi jamu, sampel jamu yang diproduksi pada tahun-tahun awal pendirian, maket alur produksi jamu, simplisia jamu, piagam penghargaan, dan beragam koleksi lain. Segala sesuatu tentang perkembangan pabrik Jamu Jago juga bisa dilihat, bahkan laporan keuangan beberapa dekade perusahaan itu.Menariknya, kami juga menemukan koleksi yang berhubungan dengan rekor. Tapi kebanyakan berupa dokumentasi saja, mengingat tidak banyak tempat untuk menyimpan koleksi tersebut. Misalnya reflika Candi Borobudur dari korek api dan lukisan Ciputra yang dibuat dari susunan paku seberat 1, 5 kuintal dengan dengan ukuran 2, 44 m x 1, 87 m.Mengunjungi museum ini, kami berhasil membuka mata. Bahwa dari tanah yang menghasilkan berbagai macam tumbuhan khas, manusia Indonesia bisa tumbuh sehat dan kuat.
Tuesday, October 18, 2011
Transportasi dan Penginapan Gunung Kerinci
Buat para pendaki Gunung Kerinci ada 2 pilihan jalan, yaitu melalui kota Padang atau Jambi. Saya kebetulan memulai pendakian dari arah kota jambi dengan tim 9 (Sumatera 1). Dari sini kami naik travel PO. Ayu Transport tujuan Jambi – Sungai Penuh. Travel tersebut membuka perjalanan Jambi – Sungai Penuh – Jambi atau Padang – Sungai Penuh – Padang. Karena kebetulan kami akan mendaki Gunung Kerinci bersama Sekretariat bersama Gunung Kerinci yang berpusat di Sungai Penuh, jadi kami bermalam di sungai penuh sembari mempersiapkan logistik.Dari Jambi dibutuhkan 12 jam perjalanan, sedangkan dari Padang akan memakan waktu 7 jam untuk menuju Sungai Penuh. Jika ingin langsung melakukan pendakian di Gunung Kerinci, kita bisa request turun di Kersik Tuo untuk langsung melakukan pendakian Gunung Kerinci. Travel di atas siap melakukan antar jemput dari rumah ke rumah, yang kami lakukan hanya melakukan janji jadwal penjemputan dengan agen travel diatas. Biaya travel Jambi – Sungai Penuh Rp. 100.000,- sedangkan Padang – Sungai Penuh Rp. 70.000,- dengan menggunakan minibus ELF. Dari Sungai Penuh – Kersik Tuo bisa menggunakan angkot putih dengan biaya Rp. 10.000,-Penginapan murah meriah dan midrange di Sungai Penuh bisa dijumpai ke Jl. Depati Parbo – Koto Lebu Sungai Penuh (HOTEL MAHKOTA). Harga mulai dari Rp. 70.000,- hingga Rp. 240.000,- per hari termasuk sarapan pagi. Fasilitas standart hotel selain bersih kamarnya terdapat kolam berenang di bagian belakang. Jika memilih menginap di Sungai Penuh, bisa langsung ke Paiman guess house 200 m selatan tugu macan Kersik Tuo atau B Darmin guess house 50 meter dari Paiman guess house. Biaya kedua guess house tersebut per malam Rp. 30.000,- per orang tanpa makan pagi. Paiman dan B Darmin menyediakan jasa porter atau bawa barang hingga mencapai puncak Kerinci. Selain guess house di atas terdapat satu penginapan lain yaitu Subandi guess house. Perbedaannya dengan 2 guess sebelumnya Subandi terdapat penyewaan peralatan kemping, range harga lebih mahal, memiliki aturan lebih ketat dan membayar biaya buruh porter lebih murah di bandingkan dengan Paiman dan B Darmin.Keterangan :PO Ayu TransportTelepon : 0748 – 22074Jl. HOS Cokro AminotoPO. Cayaha kerinciTelepon : 0748 – 21421Jl. DiponegoroPO. Safa MarwaTelepon : 0748 – 22376Jl. Yos Sudarso No. 20
Monday, October 17, 2011
Perjalanan Panjang Menuju Tanah Papua
Papua, bagi sebagian besar traveller pasti sangat menginginkan pergi menuju kesana karena disana banyak sekali kekayaan yang digali. Banyak sekali destinasi wisata yang dikunjungi di Papua sebutlah Raja Ampat yang sangat terkenal sekarang ini. Cartenz Pyramid salah satu Seven Summits dunia berada di ujung timur Indonesia. Namun, banyak sekali kendala untuk mengunjungi Papua, masalah medan dan juga akomodasi yang sangat sulit dan mahal.Rabu malam tanggal 12, saya dan tim menuju bandara Soekarno Hatta untuk terbang menuju Papua menggunakan maskapai nasional. Untuk menuju kesana kami harus transit sebanyak dua kali di Makassar dan Biak, dan jarak yang di tempuh lebih dari 2000 mil, itupun harus melewati 2 zona waktu karena letak Papua yang berada di zona waktu Indonesia Timur.Hampir 6 jam perjalanan menggunakan pesawat, perjalanan yang sangat melelahkan untuk mencapai ibukota Papua. Jetlag, itu pertama kali yang kami rasakan saat tiba di Bandara Sentani karena perjalanan panjang kami. Apalagi ini merupakan pengalaman saya naik pesawat dengan jarak tempuh yang jauh, sungguh mengesankan bisa mengunjungi tanah Papua. Sesampainya di Sentani pandangan pertama sungguh di luar dugaan, sebagai pintu gerbang pertama kondisi Bandara Sentani sungguh semrawut bahkan WC pun tidak ada air.Setelah bertemu dengan Mas Bara yang merupakan pendamping kami dari Rakata Adventure dijelaskan kalau ada perubahan jadwal lagi karena pesawat yang akan kami tumpangi terjadi beberapa kendala dan salah satunya adalah cuaca yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Akhirnya yang seharusnya kami pergi ke Dekai harus mengalihkan perjalanan menuju Wamena itupun masih terkendala dengan cuaca.Tanah Papua masih menyimpan berjuta-juta keindahan dibalik eksotisme dan kerasnya kehidupan disana. Akan tetapi itu tidak menghalangi kami untuk mengeksplor keindahan bumi Cendrawasih. Salam Indonesia....
Kuliner Jajanan Pasar Tradisional Solo-Yogyakarta
Menikmati liburan di daerah Jawa Tengah tidak komplit rasanya jika tidak menikmati pesona kuliner jajanan pasar. Jajanan pasar menjadi salah satu makanan yang wajib dicoba untuk Anda pecinta kuliner. Tidak hanya harganya yang murah tapi jajanan pasar menjadi salah satu ciri khas makanan masing-masing daerah. Salah satu makanan khas yang menjadi makanan wajib ketika saya berkunjung ke Yogyakarta adalah bubur jenang.Bubur yang satu ini memiliki aroma dan rasa yang khas serta penyajiannya yang dibungkus daun pisang menjadi keunikan tersendiri. Bubur halus disiram sayur santan tahu memberikan cita rasa yang membuat saya selalu rindu makanan yang satu ini. Selain rasanya yang enak harga bubur ini pun relatif murah hanya dengan Rp 3.000,00 Anda bisa menikmati bubur jenang ini penjual bubur menyajikan makanan pelengkap lainnya seperti sate telur puyuh, ati ampela, dan beragam bakwan (gorengan) sebagai pelengkap. Anda bisa mendatangi pasar tradisional untuk menikmati bubur jenang sekaligus menikmati beragam kuliner lainnya.Selain bubur jenang pecel menjadi makanan hemat lainnya yang bisa membuat anda ketagihan. Aneka jenis pecel juga bisa anda nikmati di pasar tradisional yang menjajakan beragam jajanan pasar. Dari mulai pecel bongko yakni makanan berupa rebusan sayur taoge, bayam, daun singkong yang di siram dengan saus kacang dan diberi bongko (kacang kedelai dan kelapa parut rebus). Adapula pecel gendar dan pecel nasi yang membedakan hanya pelangkapnya saja yakni mau pilih pake nasi, gendar, ato bongko dengan harga Rp 3.000,00-Rp5.000,00 Anda sudah bisa menikmati makanan ini. Setelah puas menikmati makanan utama tidak lengkap rasanya jika tidak melepaskan dahaga dengan minuman khas daerah ini. Es dawet menjadi minuman pelepas dahaga yang bisa anda temukan di pasar tradisional. Es dawet serupa dengan es cendol yang membedakan dari segi rasa. Es dawet memilki aroma yang khas penjual es dawet biasanya masih menggunakan kendi untuk menyimpan dawet dan ini menjadi ciri khas bila dibandingkan dengan penjual es cendol. Oleh karenanya es dawet memilki aroma dan rasa yang jauh berbeda dengan es cendol.Satu lagi yang tidak kalah menarik yakni buah sarikaya buah ini menjadi buah yang sulit di dapat di jawa barat. Jika anda sempat melewati pedagang pinggiran yang menjajakan buah sarikaya anda bisa membeli buah ini sebagai oleh-oleh selain rasanya yang enak buah sarikaya memiliki biji yang serupa dengan buah sirsak namun bentuk dan rasanya jauh berbeda.
Labels:
Jajanan,
Kuliner,
Pasar,
SoloYogyakarta,
Tradisional
Goes to Dieng
Kuliah adalah masa dimana teman kita biasanya datang dari berbagai daerah. Pada akhir pekan saya dan teman-teman berinisiatif untuk mengunjungi rumah salah satu teman kami yang berada di Wonosobo, tepatnya di Kecamatan Kongsi. Antusiasme kita sangat besar, meskipun perjalanan di iringi hujan deras yang mengguyur, kita tetap bersemangat untuk segera sampai. Perjalanan yang kami tempuh memakan waktu kurang lebih 4 jam (cuaca hujan) tetapi kalau cuaca bagus hanya cukup sekitar 2 jam saja dari Kota Jogja.Istirahat malam sepertinya sedikit terganggu dengan hawa dingin yang selalu menelimuti daerah Wonosobo ini, tetapi selimut tebal sudah siap menemani tidur kami hingga pagi. Tidak lengkap rasanya jika hanya datang ke rumah teman saja tanpa menikmati wisata di daerah tersebut. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan mengunjungi tempat wisata di daerah tersebut.Melewati jalan yang menanjak dan berkelok-kelok adalah salah satu tantangan yang lumayan mengasikkan karena kami menggunakan sepeda motor sebagai transportasinya. Sepanjang jalan kami menikmati hamparan kebun sayuran dan buah-buahan. Wonosobo memang terkenal sebagai salah satu sentral penghasil pertanian. Kunjungan pertama kami adalah sebuah waduk, tetapi saya lupa apa nama waduk tersebut. Pemandangan yang begitu alami sangat terlihat. Gunung dan bukit yang berada di tepian waduk tersebut semakin mempercantik lukisan alam tersebut. Tiket masuknya murah cukup Rp3.000,00 per orang.Tidak puas hanya sampai di waduk tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah kawah yang bernama Kawah Sikidang. Waw, kepulan asapnya benar-benar tebal. Sungai yang mengalir di dekat kawah tersebut memiliki aliran air yang hangat. Di sekitar kawah banyak penjual gorengan dan minuman hangat. Tiket masuk yang dikenakan adalah Rp5.000 per orang.Selain itu kami juga mengunjungi tempat yang ada dalam cerita rakyat, yaitu Telaga Warna. Sekarang hanya ada warna hijau saja, tidak berwarna-warni seperti yang ada dalam cerita. Di kawasan Telaga Warna juga terdapat beberapa komplek gua. Di sepanjang parkiran banyak pedagang yang menawarkan jajanan dan souvenir. Untuk tiket masuk ke Telaga Warna setiap orang hanya di kenakan Rp6.000,00 saja, murah kan?Pulang dari plesiran tersebut kami mencoba mampir ke kebun teh yang bernama Tambi. Wow, luas sekali, sekalian ada pabrik teh nya juga. Sebenarnya sampai bukit yang tinggi kebun teh masih ada tetapi berhubung di atas hujan. Kami cukup di bagian bawah saja. Wisata murah dan dapat membuat kita rileks ya? Seperti model wisata saya dan teteman ini. Selain wisata yang saya dan teman-teman kunjungi, ada alun-alun yang bisa dikunjungi. Di sana banyak warung-warung atau penjual yang menjual makanan khas. Jadi, bisa sekalian wisata kuliner deh. Yang spesial di sini adalah mi ongklok, kalau ke tempat ini kalian wajib mencoba.
Sunday, October 16, 2011
Pertama Kali Mendaki Gunung Langsung Ke Kerinci (Hari ke-2)
Hari kedua pendakian Gunung Kerinci berlanjut. Selasa 11 Oktober 2011 kami bangun bergantian dan sudah terjadi berbagai hidangan untuk sarapan pagi. Sungguh kami malu dengan tim logistik ini. Mereka membawa beban begitu berat hingga puluhan kilo, mendirikan tenda dan memasak. Sepertinya tenaga mereka tidak ada habisnya.Aku memilih sarapan roti isi strawberry yang aku petik disekitar tenda yang kami dirikan. Rasanya jangan ditanya, sensasinya sungguh berbeda dengan strawberry jam buatan. Rencananya hari ini kami akan menuju Shelter-2 yang akan ditempuh kurang lebih 3 jam! Wow kebayang deh pegelnya.Dan benar, perjalanan antara shelter 1 dan 2 rasanya berat, apalagi pendakian dilakukan pada siang hari. Kami start jam 10.00 pagi. Rintangan semakin berat. Jalur pendakian mulai curam. Tanah juga licin akibat hujan semalam. Setiap satu jam kami beristirahat 5 menit untuk minum. Jujur, diantara kami bertiga Dian lah yang paling tangguh. Dia tidak pernah mengeluh. Sementara Bram cukup kerepotan dengan barang bawaannya yang cukup banyak. Beruntung aku hanya membawa barang dalam daypack secukupnya, jadi tidak terlalu berat. Akhirnya setelah berjuang 4 (empat) jam kami tiba di Shelter 2 dengan disambut hujan!Setelah mendirikan tenda kami banyak menghabiskan waktu didalam tenda karena hujan. Sampai hujan berhenti pukul 17.30 sore menjelang sunset. Kami berharap bisa melihat melihat sunset, namun ada awan menghalangi. Kami hanya kebagian melihat lembayung.Setelah makan malam kami istirahat karena pukul 03.00 pagi kami akan meneruskan pendakian menuju Shelter 3 dan langsung menuju Puncak. Alarm sudah kami stel satu jam sebelumnya.Dingin tidak menyurutkan kami untuk bangun. Setelah menghangatkan badan dengan minuman panas tepat jam 03.00 pagi kami berenam berangkat. Kami dikawal oleh Melky, Azim dan Dede yang membawa logistik. Jalur sudah dapat dikatakan terjal. Vegetasi juga sudah berbeda dengan sebelumnya. Kini yang ada tanaman-tanaman pendek khas pegunungan seperti edelweiss. Lintasan tanah berubah menjadi kerikil lepas. Perlu menjaga jarak dengan anggota tim didepan agar tidak terkena batu yang berjatuhan. Pukul 04.30 kami sudah tiba di Shelter 3!Tujuan berikutnya adalah Tugu Yudha. Pemberian nama ini untuk mengenang Yudha seorang pendaki yang hilang tahun 2003 lalu. Ditempat ini ditemukan ransel dan barang-barang miliknya. Jalur semakin terjal berpasir. Untuk itu diperlukan gaiter, alat pelindung sepatu agar tidak kemasukan pasir. Jalur semakin ekstim. Kemiringan mencapai 70 derajat. Kami mendaki setengah memanjat. Seperti Rock Climbing tapi tanpa tali. Menggunakan kedua kaki dan kedua tangan untuk mendaki. Menghabiskan waktu satu jam untuk mencapai Tugu Yudha dan kami mendapat bonus : Sunrise!30 menit kami habiskan waktu untuk mengambil gambar. Baik sunrise atau pemandangan indah yang menakjubkan. Mulai dari danau di Gunung Tujuh hingga jejeran Bukit Barisan yang membiru. Oh memang benar sungguh indah Indonesiaku.Walau tenaga sudah hampir habis, masih ada satu tugas lagi menanti : muncak. Istilah orang sini untuk mencapai puncak Kerinci. Kami mulai menapaki batu-batu karang yang terjal. Guide kami meminta kami berhenti, karena awan belerang mulai naik dari kawah. Beberapa pendaki yang lain pun sudah kembali turun karena belerang tersebut sangat berbahaya jika dihirup.Tidak berapa lama angin berubah. Awan belerang kembali turun. Kami kembali naik namun perlu menggunakan scraf untuk menutup hidung agar tidak menghirup belerang. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada kami mulai menapaki batu-batu itu dengan perlahan. Dian sudah didepan. Beberapa meter lagi mencapai puncak. Aku persis dibelakangnya. Bram masih belasan meter dibawah. Bram sudah hampir menyerah karena kakinya terkilir. Aku berkata pada Dian, kita tunggu Bram agar sama-sama mencapai puncak. Kami terus menyemangati Bram. Akhirnya kami bertiga, sambil berpegangan tangan berhasil melangkah bersama menginjakkan kaki di Puncak Gunung Kerinci. Tak kuasa kami menahan tangis haru. Tak dapat dibayangkan sebelumnya, kami khususnya aku bisa mencapai Puncak Gunung Kerinci! Segera kami mengabadikan momen berharga itu sebelum awan belerang kembali naik.Puncak Kerinci hanya selebar kurang lebih dua meter. Setelah itu terbentang kawah kaldera jauh dibawah sana yang mengeluarkan awan belerang yang beracun. Perlu hati-hati jika melangkah. Sedangkan panjangnya ke sebelah kiri kurang lebih 20 meter dengan lebar membesar hingga 4 meter. Disana ada Prasasti Puncak Kerinci dan bendera Merah Putih. Namun untuk mencapainya selain stamina yang prima juga diperlukan semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah. Semangat Aku Cinta Indonesia menjadi pengobar perjuangan kami mencapai puncak!
Subscribe to:
Posts (Atom)